Penulis: Muhammad Abdan Syakuro (Ketua Bidang Organisasi PK IMM KH Mas Mansur periode 2024)
Liminal space adalah konsep yang mengacu pada ruang-ruang transisi yang berada di antara dua kondisi, tempat, atau waktu. Dalam konteks dunia Arsitektur dan disain, Liminal Space merujuk pada area yang tidak digunakan/dimanfaatkan untuk ruang utama. Liminal Space lebih dikenal sebagai ruang transisi, seperti Lorong, tangga, lobi atau sekedar ruangan koosng diantara bangunan atau ruang lainnya. Namun, Liminal Space memiliki pengalaman yang lebih dalam dan luas, menjadi pengalaman emosional dan menumbuhkan persepsi natural manusia terhadap ruangan tersebut.
Kata “liminal” berasal dari bahasa Latin “limen,” yang berarti ambang atau batas. Liminalitas adalah fase tengah yang mencerminkan ketidakpastian dan transformasi. Dalam arsitektur, liminal space menjadi cerminan dari transisi fisik dan psikologis, sering kali menciptakan sensasi alienasi, keanehan, atau nostalgia.
Konsep liminalitas tidak hanya ditemukan dalam arsitektur tetapi juga dalam psikologi dan peran sosial. Misalnya, masa peralihan seperti kelulusan, perubahan karier, atau pernikahan sering kali mencerminkan gagasan liminalitas ini. Liminalitas antara anak-anak dan dewasa, adalah hal yang dialami oleh seorang Remaja, karena dia berada diantara dua peran yang berbeda. Dalam konteks ini, liminal space dapat dianggap sebagai representasi fisik dari perubahan atau perjalanan hidup manusia.
Karakteristik Liminal Space
- Ambiguitas Fungsi Liminal space sering kali tidak memiliki fungsi yang jelas. Misalnya, lorong panjang di hotel atau ruang tunggu yang kosong dapat memberikan rasa ketidaknyamanan karena tidak dirancang untuk “diisi” secara aktif. Ruang seperti ini mengundang interpretasi bebas tetapi juga bisa menciptakan rasa kehilangan arah.
- Transisi Waktu dan Ruang Liminal space adalah tempat di mana seseorang berada di antara dua tujuan. Contohnya adalah terminal bandara, yang menjadi titik persinggahan antara keberangkatan dan kedatangan. Elemen transisi ini menciptakan pengalaman unik yang sering kali memengaruhi persepsi waktu pengguna.
- Kesadaran yang Tertunda Dalam beberapa kasus, pengguna liminal space mungkin mengalami perasaan seolah-olah waktu melambat. Ini terjadi karena kurangnya stimulus yang biasa ditemukan di ruang utama, seperti aktivitas manusia, suara, atau warna cerah. Akibatnya, ruang ini sering kali memunculkan perasaan meditatif atau melankolis.
- Liminal Space
Liminal space dapat terasa dalam fisik, psikis, temporal, kebudayaan, konsep, politik atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. - Liminal Space secara Fisik
Kita mungkin pernah menjadi seorang anak kecil, yang berjalan antara ruangan disebuah bangunan dan mencoba untuk selalu menginjak kaki tepat ditengah-tengah ubin, agar tidak terkena garis ubinnya. Garis ubin tersebut adalah Liminal Space diantara ubin. Contoh lainnya adalah Ketika kita berada di koridor yang menghubungkan dua ruangan, adalah sebuah Liminal Space. Jalan, bandara, kereta, dan terminal bis yang menghubungkan dua destinasi adalah ruang Liminal. Perasaan untuk tidak tinggal lama di tempat-tempat tersebut. Perasaan ketidakjelasan akan tumbuh, semisalkan kita terpaksa menunda penerbangan kita, Liminalitas akan sangat terasa, perasaan akan tidak nyaman pada ruangan itu, yang mengganggu tujuan awal dari perjalanan kita. - Liminal Space secara Psikis
Melihat seorang remaja adalah perasaan yang liminal, mereka berada diantara dua kondisi sebagai anak-anak dan dewasa. Secara mental dan temporal mereka mengalami tahap kehidupan yang kanak-kanak dan dewasa. Terjebak dalam Liminal Psikologis memiliki sebuah konsekuensi, remaja tersebut tidak bisa menyebutkan bahwa diri mereka adalah anak-anak dan mereka juga tidak bisa menyebutkan bahwa diri mereka seorang yang telah dewasa. Menimbulkan Kebingungan akan identitas diri. - Ruang Liminal Aneh dan Tidak Nyaman
Jika Anda membeli dan mempunyai toko di bandara, Anda mungkin akan merasa aneh selama beberapa minggu pertama untuk duduk di sana dan menjual barang kepada orang-orang. “Ngapain aku di sini? Ngapain buka toko di sini. Harusnya kalo di bandara yang nunggu penerbangan di sini terus pergi.” Ketika Anda melakukannya cukup lama, liminalitas tempat itu memudar. Tempat dan aktivitas yang berulang akan menjadi akrab dan mendapatkan bagian dalam hidup dan keseharian kita. Liminal Space itu akan lebur dan menghilang karena kedekatan kita dengan pengalaman ruang yang ada.
Liminal space adalah elemen yang sering kali diabaikan dalam desain arsitektur tetapi memiliki potensi besar untuk memengaruhi pengalaman manusia. Dengan memahami dan mengintegrasikan karakteristik liminal space, arsitek dapat menciptakan ruang yang menghubungkan, merangsang, dan memengaruhi persepsi pengguna secara mendalam. Lebih dari sekadar ruang transisi, liminal space adalah perwujudan dari perjalanan, transformasi, dan makna yang mendalam.