Pesma.ums.ac.id – Pesantren Mahasiswa (Pesma) Internasional KH Mas Mansur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan Grand Opening (GO) Semarak Ramadhan Pesma (SRP) 2023 dengan tema ‘Semangat Menumbuhkan Ramadhan Berkualitas’ pada Jumat, (24/3) yang dilaksanakan di Masjid KH Mas Mansur UMS.
Narasumber dalam kegiatan ini yaitu Prof. Dr. dr. Em. Sutrisna, M.Kes selaku wakil Rektor IV UMS. Dalam kesempatan itu, Ia menyampaikan bahwa Ramadhan dikatakan seperti bulan memanen bunga, yang mana bulan yang ditunggu-tunggu dan hanya satu tahun sekali dan bulan penuh istimewa.

“Kemuliaan bulan Ramadhan dinantikan oleh para sahabat Rasul sejak 6 bulan sebelumnya, dan juga 6 bulan selanjutnya terus dinanti nantikan,dan mereka selalu berdoa untuk bertemu dengan bulan Ramadhan, yang mana umat muslim sekarang tidak berdoa sejak 6 bulan tetapi tetap diberikan oleh Allah untuk menikmati dan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan,” paparnya.
Menurutnya, standar utama seorang Muslim adalah ketakwaannya, seorang Muslim dikatakan berkualitas dikatakan berkualitas bukan dengan harta dan martabat di dunia, akan tetapi ketakwaan kepada Allah Ta’ala.
“Ketakwaan itu seperti engkau berjalan diatas duri atau paku tanpa alas kaki. Dengan konteks berhati-hati. Dalam hadist Rasulullah bersabda: Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut, kecuali hanya rasa lapar dan dahaga saja ,” jelas Wakil Rektor IV itu.

Predikat kesuksesan ketakwaan, lanjutnya, di bulan Ramadhan yang berkualitas bernilai sukses setelah bulan Ramadhan, keistiqomahan seseorang.
“Keikhlasan seseorang adalah beribadah saat hanya kepada Allah dan khawatir apabila ibadahnya diketahui publik akan mengurangi nilai keibadahannya. “Jaga mata kita, godaan terbesar adalah handphone,” tambahnya.
Belajar adalah poin penting dalam kehidupan, tambahnya, lakukan doa terbaik menjelang berbuka yang mana merupakan waktu mustajab, di bulan yang mustajab, Habiskan hari hari di bulan Ramadhan dengan hal yang berkualitas, bukan hanya menahan haus dan lapar.

“Para sahabat hanya fokus pada amalan membaca Al Quran saat bulan Ramadhan karena bulan Ramadhan adalah bulan dimana Al Quran turun, (seperti Imam Syafi’i khatam Al-Quran 60x),” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, Ia juga menyampaikan jangan sampai kita melakukan maksiat hati. Dimana maksiat hati adalah ketika seseorang tidak terima dengan takdir tuhan. Hakikat ibadah adalah sebuah ketundukan budak kepada tuannya. Sekalipun tidak sesuai dalam kehendak keinginannya. [Fika/Pesma]